Back

IHSG Melanjutkan Penurunan Minggu Lalu, Semakin Dekat dengan Level 7.000

  • Indeks turun lima hari perdagangan berturut-turut, di ambang menembus 7.000.
  • Bank Indonesia mempertahankan suku bunga utama di 5,50%.
  • Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

IHSG berada di 7.008,32 yang turun 1,40% pada saat berita ini ditulis. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia membuka hari-hari terakhir pekan perdagangan ini di 7.107,78 dan turun sepanjang sesi pertama ke 7.000,24 yang merupakan terendah hari sejauh hari ini. Indeks merah untuk tujuh hari perdagangan berturut-turut, semakin dekat dengan level psikologis 7.000 yang juga merupakan ujung bawah kisaran sideways. Pasar tampaknya beralih ke mode risk-off di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan bank-bank sentral yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga.

Indeks-indeks saham Indonesia merah lebih dari 1%. IDXBUMN20 menjadi salah satu indeks yang menderita karena turun lebih dari 2%. ADHI dan PGEO menjadi pemimpin penurunan indeks yang masing-masing turun 7,58% dan 5,13%.

Setelah menyelesaikan Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung selama dua hari, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dengan BI-Rate di 5,50%, Suku Bunga Deposit Facility di 4,75%, dan Suku Bunga Lending Facility di 6,25% pada hari kemarin. Namun demikian, BI tetap membuka peluang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam konfrensi pers, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan, "di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, serta terus bersinergi dengan Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk mendukung kesuksesan Asta Cita."

Bank Indonesia tetap mewaspadai dampak ketidakpastian global dari perkembangan negosiasi tarif AS dan ketegangan geopolitik. Mempertahankan suku bunga merupakan respon BI untuk memastikan nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

Di hari ke depan, tidak akan ada data ekonomi Indonesia. Namun, investor menantikan data Uang Beredar M2 untuk bulan Mei tahun-ke-tahun. Pada bulan April, data ini menunjukkan pertumbuhan 5,2%. Data ini terutama akan memengaruhi saham-saham sector keuangan dan konsumsi.

Presiden Republik Indonesia Dijadwalkan Bertemu dengan Presiden Rusia

Presiden Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto, berada di Rusia. Selama kunjungan kenegaraan, Presiden Prabowo dijadwalkan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan menjadi saksi penandatanganan beberapa kerja sama strategis antar dua negara. Sejauh ini belum ada infomasi pengenai perincian kerja sama tersebut.

Rupiah berada di 16.314 terhadap Dolar AS, yang mempertahankan pelemahan dari hari kemarin di tengah Federal Reserve AS yang mempertahankan suku bunga kebijakan di kisaran 4,25%–4,50%. Terkait tarif yang diperkenalkan Presiden Amerika Serikat, Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan dampak tarif akan bergantung pada levelnya, dan kenaikan tahun ini kemungkinan akan membebani aktivitas ekonomi dan mendorong inflasi. Powel melihat inflasi bergerak sedikit di atas target dan kondisi kerja sesuai dengan kesempatan kerja maksimum.

Imbal hasil obligasi Pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun berada di 6,724% yang naik 0,18% dari pembukaan dan melanjutkan kenaikan dari 6,679%, terendah 2025 yang dicapai pada 12 Juni. Namun dalam gambaran yang lebih besar, imbal hasil ini masih dalam tren menurun, mengindikasikan minat pada obligasi Indonesia bertenor 10 tahun.

Emas Antam Tetap di Bawah Rp1.950.000

Harga Emas Antam dengan berat 1 gram adalah Rp1.937.000 hari ini yang melanjutkan penurunan dari Rp1.943.000 pada hari kemarin. Penurunan ini mengikuti harga Emas dunia (XAU/USD) yang turun 0,57% pada hari kemarin. Namun demikian, XAU/USD sejauh ini tidak melanjutkan penurunan di perdagangan sesi Asia. Pergerakan pasangan ini di hari ke depan akan bergantung pada perkembangan ketegangan geopolitik Israel-Iran dan apakah Amerika Serikat akan ikut terlibat dalam konflik tersebut. Namun demikian, selama tidak ada perkembangan yang signifikan dari sisi geopolitik, XAU/USD diprakirakan tidak menunjukkan pergerakan signifikan mengingat pasar AS tutup untuk memperingati hari Juneteenth.

Grafik Harian IHSG – Analisis Teknis

IHSG

IHSG menuju uji ujung bawah kisaran sideways 7.000-7.240 yang terbentuk sejak 15 Mei 2025. Dengan demikian, indeks berada di ambang keluar dari kisaran atau memantul untuk mengarah ke ujung atas kisaran dalam beberapa hari atau minggu ke depan. Salah satu kasus tersebut akan bergantung pada penutupan hari ini.

Jika IHSG menembus dan ditutup di bawah 7.000, indeks bisa menemukan support di 6.707,38 (tertinggi 13 Maret 2025, titik tembus lower high) dan 6.373,79 (terendah 16 April 2025). Kasus tersebut akan membuat tren indeks menjadi bearish karena berada di bawah Simple Moving Average (SMA) 200-hari, saat ini di 7.146 dan merusak pemulihan yang dibuat indeks dari 5.882,60, terendah 2025 yang dicapai pada 8 April.

Kasus penurunan didukung oleh Relative Strength Index (RSI) 14-hari yang saat ini di 47,17, di bawah level netral 50, dan mengarah ke bawah. Menghindikasikan masih ada banyak momentum di sisi bawah.

Namun jika indeks menemukan support kuat di 7.000, IHSG bisa berbalik ke atas dan menghadapi resistance terdekat di 7.146 (SMA 200-hari) dan 7.240 (ujung atas kisaran). Menembus dan bertahan di atas level ini penting sebelum indeks melanjutkan pemulihan dan memperkuat tren naik.

Sentimen Risiko FAQs

Dalam dunia jargon keuangan, dua istilah yang umum digunakan, yaitu "risk-on" dan "risk off" merujuk pada tingkat risiko yang bersedia ditanggung investor selama periode yang dirujuk. Dalam pasar "risk-on", para investor optimis tentang masa depan dan lebih bersedia membeli aset-aset berisiko. Dalam pasar "risk-off", para investor mulai "bermain aman" karena mereka khawatir terhadap masa depan, dan karena itu membeli aset-aset yang kurang berisiko yang lebih pasti menghasilkan keuntungan, meskipun relatif kecil.

Biasanya, selama periode "risk-on", pasar saham akan naik, sebagian besar komoditas – kecuali Emas – juga akan naik nilainya, karena mereka diuntungkan oleh prospek pertumbuhan yang positif. Mata uang negara-negara yang merupakan pengekspor komoditas besar menguat karena meningkatnya permintaan, dan Mata Uang Kripto naik. Di pasar "risk-off", Obligasi naik – terutama Obligasi pemerintah utama – Emas bersinar, dan mata uang safe haven seperti Yen Jepang, Franc Swiss, dan Dolar AS semuanya diuntungkan.

Dolar Australia (AUD), Dolar Kanada (CAD), Dolar Selandia Baru (NZD) dan sejumlah mata uang asing minor seperti Rubel (RUB) dan Rand Afrika Selatan (ZAR), semuanya cenderung naik di pasar yang "berisiko". Hal ini karena ekonomi mata uang ini sangat bergantung pada ekspor komoditas untuk pertumbuhan, dan komoditas cenderung naik harganya selama periode berisiko. Hal ini karena para investor memprakirakan permintaan bahan baku yang lebih besar di masa mendatang karena meningkatnya aktivitas ekonomi.

Sejumlah mata uang utama yang cenderung naik selama periode "risk-off" adalah Dolar AS (USD), Yen Jepang (JPY) dan Franc Swiss (CHF). Dolar AS, karena merupakan mata uang cadangan dunia, dan karena pada masa krisis para investor membeli utang pemerintah AS, yang dianggap aman karena ekonomi terbesar di dunia tersebut tidak mungkin gagal bayar. Yen, karena meningkatnya permintaan obligasi pemerintah Jepang, karena sebagian besar dipegang oleh para investor domestik yang tidak mungkin menjualnya – bahkan saat dalam krisis. Franc Swiss, karena undang-undang perbankan Swiss yang ketat menawarkan perlindungan modal yang lebih baik bagi para investor.

Jepang Berencana Mengurangi Penjualan Obligasi Super-Panjang Sebesar 10% untuk Meredakan Kekhawatiran Pasar - Reuters

Pemerintah Jepang berencana untuk mengurangi penjualan obligasi super-jangka panjang sekitar 10% dari rencana awal dalam revisi langka terhadap program obligasinya untuk tahun fiskal saat ini, memangkas total penerbitan obligasi sebagai akibatnya, menurut Reuters
Baca lagi Previous

Prakiraan Harga Perak: XAG/USD Mendatar di Sekitar Area $36,75; Potensi Bullish Tampaknya Masih Utuh

Perak (XAG/USD) berosilasi dalam kisaran sempit di sekitar area $36,75 selama sesi Asia pada hari Kamis dan untuk saat ini, tampaknya telah menghentikan pullback moderat hari sebelumnya dari level tertingginya sejak Februari 2012
Baca lagi Next